Analisis Apex Gigi Molar Pertama Maxilla Terhadap Dasar Dinding Sinus Maxillaris Pada Wanita suku Bali Dengan Radiografi Panoramik

  • Desy Henria Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia
  • Anak Agung Gde Dananjaya Agung Departmen Radiologi Kedokteran Gigi, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia
  • Nyoman Ayu Anggayanti Departmen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia
  • Ni Made Ista Prestiyanti Departmen Biomedik, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia
Keywords: Gigi molar pertama maxilla, sinus maxillaris, radiografi panoramik, suku Bali

Abstract

Background: Panoramic radiography is a type of extraoral radiography that provides a two-dimensional image of the maxillofacial skeleton and teeth, including the maxillary sinus. The floor of the maxillary sinus is closely related to the apex of the posterior molar of the maxilla, which can cause several complications. The relationship between the maxillary molar apex and the maxillary sinus can be classified into 4 types, according to Mohammed's classification which will be assessed in Balinese women. This study aimed to determine the relationship and condition of the apex of the maxillary first molar tooth to the floor of the maxillary sinus wall in Balinese women using panoramic radiography.

Methods: This research uses an analytical observational research design with a cross-sectional method with a quantitative approach. Research data was taken from secondary data in the form of panoramic radiographs of Balinese female patients who underwent panoramic radiography at the Denpasar Dentology Clinic.

Results: Based on Mohammed's classification, the maxillary right first molars were type 0 (2%), type 1 (11%), type 2 (12%), and type 3 (75%), while the maxillary left first molars were type 0 (1%), type 1 (8%), type 2 (14%), and type 3 (77%).

Conclusion: It can be concluded that there is a significant relationship between the apex of the first maxillary molar and the base of the wall of the maxillary sinus with the highest type classification in Balinese women being type 3, while the lowest is type 1.

 

Latar Belakang: Radiografi panoramik merupakan salah satu jenis radiografi extraoral yang memberikan gambaran dua dimensi kerangka maksilofasial dan gigi geligi, salah satunya adalah sinus maxillaris. Dasar sinus maxillaris berhubungan erat dengan apex molar posterior maxilla, yang dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Hubungan apex molar maxilla dengan sinus maxillaris dapat diklasifikasikan menjadi 4 menurut klasifikasi Mohammed yang akan dinilai pada wanita suku Bali. Penelitian ini bermengetahui hubungan dan keadaan apex gigi molar pertama maxilla terhadap dasar dinding sinus maxillaris pada wanita suku Bali dengan radiografi panoramik.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik metode cross sectional atau potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Data penelitian diambil dari data sekunder berupa radiografi panoramik pasien wanita suku Bali yang melakukan radiografi panoramik di Klinik Dentology Denpasar.

Hasil: Berdasarkan klasifikasi Mohammed, pada molar pertama kanan maxilla didapatkan tipe 0 (2%), tipe 1 (11%), tipe 2 (12%), dan tipe 3 (75%), sedangkan pada molar pertama kiri maxilla didapatkan tipe 0 (1%), tipe 1 (8%), tipe 2 (14%), dan tipe 3 (77%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara apex molar pertama maxilla terhadap dasar dinding sinus maxillaris dengan klasifikasi tipe tertinggi pada wanita Suku Bali adalah tipe 3, sedangkan terendah adalah tipe 1.

Author Biographies

Desy Henria, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Anak Agung Gde Dananjaya Agung, Departmen Radiologi Kedokteran Gigi, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Departmen Radiologi Kedokteran Gigi, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Nyoman Ayu Anggayanti, Departmen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Departmen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Ni Made Ista Prestiyanti, Departmen Biomedik, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Departmen Biomedik, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia

Published
2024-01-06
Section
Original Article