Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj <div id="journalDescription"> <p>e-ISSN : 2549-0109 <br>print-ISSN : 2549-0095</p> <p>Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana berdiri sesuai dengan SK Dikti No 199/E/O/2013 tanggal 21 mei 2013 yang ditetapkan di Jakarta.</p> </div> en-US dewa_sukrama@yahoo.co.id (Dr.dr.I Dewa Made Sukrama,M.Si,Sp.MK(K)) yuichi.chan1012@gmail.com (drg. Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp.KGA) Thu, 16 Jan 2025 00:00:00 +0700 OJS 3.1.2.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Prevalensi Gigi Molar Tiga Impaksi Sebagian pada Masyarakat Suku Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/551 <p><strong>Introduction:</strong> A partially impacted third molar is a condition where the third molar only partially erupts into the jaw arch, failing to reach the expected normal position. The prevalence of partially impacted third molars varies across different populations and tends to increase year by year. This study aims to investigate the prevalence of partially impacted third molars among the Bali Aga community in Tenganan Pegringsingan Village, Bali.</p> <p><strong>Method:</strong> The research employed a descriptive cross-sectional design with stratified random sampling. Data collection involved direct clinical examinations using disposable oral diagnostic instruments in April 2024.</p> <p><strong>Results:</strong> The findings revealed that out of 233 subjects, the prevalence of partially impacted third molars was 61.37%. The distribution of cases by gender showed a similar percentage between males (49.65%) and females (50.35%). The highest prevalence based on the number of cases is found in the 46-55 age group (22.38%) and within each age group, with the highest prevalence in the 26-35 age group (86.11%). The most common location of impaction is in the maxilla (61.22%). Characteristics of the position of partially impacted teeth were predominantly vertical (43.54%).</p> <p><strong>Conclusion:</strong> This study reveals that the Bali Aga community in the village of Tenganan Pegringsingan has a significant prevalence of partially impacted third molars. This prevalence is fairly balanced between males and females, is more common among younger individuals, occurs more frequently in the upper jaw, and the vertical position is the most dominant.</p> <p>&nbsp;</p> <p>Pendahuluan: Gigi molar tiga impaksi sebagian merupakan suatu kondisi di mana gigi molar tiga hanya sebagian erupsi ke dalam lengkung rahang, sehingga tidak mencapai posisi normal yang diharapkan. Prevalensi gigi molar tiga impaksi sebagian bervariasi di berbagai populasi dan cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi prevalensi gigi molar tiga impaksi sebagian pada masyarakat Suku Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali.</p> <p><strong>Metode:</strong> Metode penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan klinis langsung menggunakan instrumen oral diagnostic sekali pakai selama bulan April 2024.</p> <p><strong>Hasil:</strong> Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 233 subjek, prevalensi gigi molar tiga impaksi sebagian adalah 61,37%. Distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin menunjukkan persentase yang serupa antara laki-laki (49,65%) dan perempuan (50,35%). Prevalensi tertinggi berdasarkan jumlah kasus terdapat pada kelompok usia 46-55 tahun (22,38%) dan dalam setiap kelompok usia, prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok usia 26-35 tahun (86,11%). Lokasi impaksi paling banyak ditemukan di maksila (61,22%). Karakteristik posisi gigi impaksi sebagian didominasi oleh posisi vertikal (43,54%).</p> <p><strong>Simpulan:</strong> Penelitian ini mengungkapkan bahwa masyarakat Suku Bali Aga di Desa Tenganan Pegringsingan memiliki prevalensi yang signifikan dari gigi molar tiga impaksi sebagian. Prevalensi ini cukup seimbang antara laki-laki dan perempuan, lebih banyak pada usia muda, lebih sering terjadi pada rahang atas, serta posisi vertikal adalah yang paling dominan.</p> Christian Sumadi, Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi, Putri Rejeki Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/551 Mon, 03 Feb 2025 13:03:58 +0700 Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Tentang Kebiasaan Menggigit Kuku Sebagai Etiologi Maloklusi di Sekolah Dasar di Kecamatan Denpasar Timur https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/560 <p><strong><em>Background: </em></strong><em>The prevalence of malocclusion in Indonesia is still very high, which is around 80% of the population and is one of the major dental and oral health problems. Malocclusion caused by bad habits increased from 21.5% with an age range of 3 to 4 years to 41.9% at age 12 years. One such bad habit is the habit of biting nails. It was found that nail biting is an oral bad habit with an incidence rate of 10.9% and is the highest incidence rate among other oral bad habits. Factors that affect a child's dental and oral health are the knowledge and attitude of parents. The purpose of this study was to discovered the description of knowledge and attitudes of parents about nail biting habits as the etiology of malocclusion in elementary schools in East Denpasar District.</em></p> <p><strong><em>Method: </em></strong><em>This research was conducted using quantitative descriptive research methods with a cross-sectional approach. The total sample in this study amounted to 109 samples which were the result of calculations using the Yamane formula. The data obtained were analyzed univariately using crosstabulation with SPSS.</em></p> <p><strong><em>Result: </em></strong><em>The results of the study found that 80 people (73.4%) had high knowledge, 28 people (25.7%) had medium knowledge and 1 person (0.9%) had low knowledge. Regarding attitude, it was found that 101 people (92.7%) had a good attitude, 8 people (7.3%) had medium attitude and no respondents were found to have a less attitude.</em></p> <p><strong><em>Conclusion: </em></strong><em>Based on the results of the study, it was found that the majority of parents in elementary schools in East Denpasar District have a high level of knowledge and have a good attitude about the habit of nail biting as the etiology of malocclusion.</em></p> <p><em>&nbsp;</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Latar Belakang: </strong>Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu sekitar 80% dari jumlah penduduk dan menjadi salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar. Maloklusi yang disebabkan oleh kebiasaan buruk mengalami peningkatan dari 21,5% dengan rentang usia 3 sampai 4 tahun hingga 41,9% pada usia 12 tahun. Salah satu kebiasaan buruk tersebut adalah kebiasaan menggigit kuku. Ditemukan bahwa kebiasaan menggigit kuku merupakan kebiasaan buruk oral yang tingkat insidensinya 10,9% dan merupakan tingkat insidensi yang paling tinggi diantara kebiasaan buruk oral lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak adalah pengetahuan dan sikap orang tua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap orang tua tentang kebiasaan menggigit kuku sebagai etiologi maloklusi di sekolah dasar di Kecamatan Denpasar Timur.</p> <p><strong>Metode: </strong>Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan <em>cross-sectional</em><strong>. </strong>Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 109 sampel yang merupakan hasil dari perhitungan menggunakan rumus Yamane. Data yang yang didapatkan akan dilakukan analisis secara univariat dengan menggunakan <em>crosstabulation </em>dengan SPSS.</p> <p><strong>Hasil: </strong>Hasil penelitian didapatkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi sejumlah 80 orang (73,4%), sedang sejumlah 28 orang (25,7%) dan rendah sejumlah 1 orang (0,9%). Terkait sikap didapatkan bahwa responden memiliki sikap yang baik sejumlah 101 orang (92,7%), sedang sejumlah 8 orang (7,3%) dan kurang sejumlah 0 orang (0%) <strong>Simpulan: </strong>Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas orang tua di sekolah dasar di Kecamatan Denpasar Timur memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan memiliki sikap yang baik tentang kebiasaan menggigit kuku sebagai etiologi maloklusi.</p> Putu Dipta Wikananda, Putu Ika Anggaraeni, Louise Cinthia Hutomo Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/560 Mon, 20 Jan 2025 00:00:00 +0700 Gambaran strategi pemasaran dental tourism setelah pandemi Covid-19 di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/549 <p><strong>Background: </strong>Medical tourism is a phenomenon that is becoming increasingly popular with the development of the tourism industry, where patients from various countries travel to receive medical treatment. One of the categories in medical tourism is dental tourism, which is the act of traveling to another country with the aim of getting dental treatment while being on holiday. The condition, due to the COVID-19 pandemic in 2020, caused a drastic decline in the tourism sector. Bali, as one of the main tourist areas, is also affected, experiencing a significant decline in the number of foreign tourists by 82.96%, and domestic tourists decreased by 56.41%. This decline was caused by restrictions on tourist arrivals from various countries.</p> <p><strong>Method: </strong>This research is qualitative research using a descriptive research design.</p> <p><strong>Results: </strong>Based on the results of interviews, the marketing strategy after the Covid-19 pandemic is done by an online and offline strategy. The online marketing strategy is used via social media, Websites, and Search Engines. Meanwhile, the offline marketing strategy that is used is via a Name board. Both are stated to be essential marketing strategies to help restore dental tourism.</p> <p><strong>Conclusion:</strong> Dentists in Badung Regency and Denpasar City consider marketing important and conduct it both online and offline. Online media includes social media, search engines, and websites, while offline marketing utilizes standard signage.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Latar Belakang: </strong><em>Medical tourism </em>atau wisata medis adalah fenomena yang semakin populer dengan perkembangan industri pariwisata, di mana pasien dari berbagai negara melakukan perjalanan untuk mendapatkan perawatan medis. Salah satu kategori dalam <em>medical tourism </em>adalah <em>dental tourism </em>merupakan tindakan berpergian ke negara lain dengan tujuan mendapatkan perawatan gigi sembari berlibur. Kondisi pandemi <em>Covid-19 </em>pada tahun 2020 menyebabkan penurunan drastis dalam sektor pariwisata. Bali sebagai daerah wisata juga mengalami imbas, dibuktikan dengan terjadinya penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang signifikan sebesar 82,96%, dan wisatawan domestik menurun sebesar 56,41%. Penurunan ini disebabkan oleh pembatasan kedatangan wisatawan oleh berbagai negara.</p> <p><strong>Metode: </strong>Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan desain penelitian deskriptif.</p> <p><strong>Hasil: </strong>Berdasarkan hasil wawancara mendalam, strategi pemasaran yang dilakukan setelah pandemi <em>Covid-19 </em>dilakukan secara <em>online </em>dan <em>offline</em>. Strategi pemasaran secara online menggunakan Media sosial, <em>Website, </em>dan <em>Search Engine. </em>Sedangkan strategi pemasaran <em>offline </em>meliputi papan nama. Hal tersebut dinyatakan strategi pemasaran yang penting untuk memulihkan kembali <em>dental tourism</em>.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Dokter gigi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar menganggap pemasaran penting dan melakukannya secara online dan offline. Media online yang digunakan mencakup media sosial, mesin pencari, dan situs web, sementara pemasaran offline menggunakan papan nama standar.</p> <p>&nbsp;</p> A. A. Ayu Riezka Adelia, Desak Nyoman Ari Susanti, Anak Agung Gde Dananjaya Agung, Putu Ratna Kusumadewi Giri Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/549 Wed, 21 May 2025 00:00:00 +0700 Gambaran karies gigi posterior desidui pada anak prasekolah di wilayah Denpasar Barat https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/496 <p><strong>Background: </strong>Dental caries is one of the main dental and oral health problems in children. Caries in primary teeth is one of the initial causes of premature loss and is the main cause of malocclusion. The purpose of this study was to find out how the description of caries on posterior primary teeth in preschool children in the West Denpasar area, so that it can possibly be used as a data reference in the effort to prevent malocclusion.</p> <p><strong>Method: </strong>The descriptive research method was used, with a cross-sectional design. A stratified random sampling technique was used to determine the sample for this study. This study included 191 individuals as samples.</p> <p><strong>Result: </strong>The most common site and size experienced by the study sample was site 1 size 1 (29.8%), while the lowest was site 3 size 4 (0.6%). Teeth in the upper jaw had more caries (50.5%) than in the lower jaw (49.5%). Primary first molar caries (54.9%) outnumbered primary second molar caries (45.1%). The number of caries in boys was lower (41.14%) than in girls (52.86%). Caries were lower in samples aged 4 years (4.5%) and 5 years (30.1%) than in samples aged 6 years (65.4%).</p> <p><strong>Conclusion: </strong>Based on the research, the most caries on posterior deciduous teeth according to the Mount and Hume classification is in the pits and fissure with small cavities.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Latar Belakang: </strong>Karies adalah suatu masalah kesehatan gigi dan mulut utama pada anak pada masa tumbuh kembang. Karies pada gigi desidui merupakan awal penyebab terjadinya <em>premature loss </em>dan merupakan penyebab utama maloklusi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana gambaran karies gigi posterior desidui pada anak prasekolah di wilayah Denpasar Barat sehingga dapat dijadikan acuan data dalam upaya pencegahan maloklusi.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif <em>cross-sectional</em>. Penetapan sampel menggunakan teknik <em>stratified random sampling</em>. Jumlah total sampel penelitian ini adalah 191 orang.</p> <p><strong>Hasil: </strong><em>Site </em>dan <em>size </em>yang paling banyak dialami adalah site 1 size 1 (1.1) sebanyak 214 gigi (29,8%), sedangkan yang terendah adalah site 3 size 4 (3.4) sebanyak 4 gigi (0,6%). Karies pada rahang atas lebih banyak terjadi (50,5%) daripada rahang bawah (49,5%). Karies pada molar pertama desidui lebih tinggi (54,9%) dari molar kedua desidui (45,1%). Jumlah karies pada anak berjenis kelamin laki-laki lebih rendah (41,14%) daripada perempuan (52,86%). Sampel usia 4 tahun (4,5%) dan 5 tahun (30,1%) memiliki jumlah karies lebih sedikit daripada usia 6 tahun (65,4%).</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa karies gigi posterior desidui terbanyak berdasarkan klasifikasi Mount and Hume adalah lesi yang berada pada <em>pit and fissure </em>dengan kavitas berukuran kecil.</p> Ida Ayu Rania Saraswati, Putu Ika Anggaraeni, Mia Ayustina Prasetya, IGA Fienna Novianti Sidiartha Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/496 Sat, 24 May 2025 00:00:00 +0700 Faktor Determinan yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pasien Dental Tourism di Provinsi Bali https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/531 <p><strong>Latar Belakang:</strong> Pada zaman sekarang, negara berkembang menjadi pilihan tujuan pasien wisatawan asing dalam menerima perawatan gigi, tak terkecuali Indonesia, terutama di Provinsi Bali. Oleh karena itu, tingkat kepuasan menjadi sesuatu hal yang penting untuk dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor determinan yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien <em>dental tourism</em> di Provinsi Bali, Indonesia.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini menerapkan desain <em>cross-sectional</em> dan metode penelitian kuantitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan di enam klinik gigi swasta di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Sebanyak 110 responden terlibat dalam penelitian ini. Statistik deskriptif, korelasi dan <em>multiple linear regression analysis</em> digunakan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian penelitian.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Responden yang mengisi kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 55,5% laki-laki dan 44,5% perempuan dengan rentang usia terbanyak 31-40 tahun. Mayoritas responden berasal dari Australia dan sumber informasi terbanyak didapatkan berasal dari rekomendasi teman atau kerabat yang tinggal di Bali. Perawatan yang paling diincar oleh <em>dental tourist</em> di Bali merupakan implan gigi. Keterjangkauan harga, daya tarik destinasi tujuan, dan aksesibilitas merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan <em>dental tourist</em> di Bali.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: Pada penelitian ini ditemukan bahwa pasien internasional sangat puas dengan pengalaman <em>dental tourism</em> di Bali. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan dari tujuh determinan yang diteliti, keterjangkauan harga, aksesibilitas dan daya tarik destinasi merupakan determinan yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan <em>dental tourist</em> di Bali.</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong><em>Background</em></strong><em>: In the present era, developing countries have become a preferred destination for foreign patients seeking dental care, and Indonesia, particularly in the province of Bali, is no exception. Therefore, maintaining satisfaction levels is crucial in Bali. This research aims to analyze determinant factors influencing the satisfaction of dental tourism patients in the province of Bali, Indonesia. </em></p> <p><em><strong>Method</strong>: This study applies a cross-sectional design and quantitative research methods. Data were collected using questionnaires distributed in six private dental clinics in the cities of Denpasar and the district of Badung. A total of 110 respondents participated in this study. Descriptive statistics, correlations, and multiple linear regression analysis were employed to achieve the research objectives. </em></p> <p><em><strong>Results</strong>: Respondents who filled out the questionnaire in this study comprised 55.5% male and 44.5% female, with the majority falling within the age range of 31-40 years. Most respondents were from Australia, and the most common source of information was recommendations from friends or relatives residing in Bali. Dental implants were the most sought-after treatment by dental tourists in Bali. Affordability, destination appeal, and accessibility significantly influenced the satisfaction of dental tourists in Bali. </em></p> <p><em><strong>Conclusion</strong>: This study found that international patients are highly satisfied with the dental tourism experience in Bali. Additionally, the research results indicate that out of the seven determinants studied, affordability, accessibility, and destination appeal are determinants that have a positive and significant impact on the satisfaction of dental tourists in Bali.</em></p> Katarina Nadya, Putri Rejeki, Riki Kristanto, Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/531 Sun, 25 May 2025 00:00:00 +0700 Pengaruh Jus Buah Kemasan Dengan pH Asam Terhadap Perubahan Warna pada Glass Ionomer Cements dan Giomer https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/546 <p><strong><em>Background</em></strong><em>: GIC filling materials are sensitive to water contamination, brittle, and easily fractured. To improve the shortcomings of GIC, another material is used, namely Giomer which is a combination of composite resin and GIC and has protective properties against carious lesions, good mechanical resistance, aesthetics, as well as good fluoride release. This study aimed to compare the effect of packaged fruit juice with acidic pH on color changes in Glass Ionomer Cements and Giomer. </em></p> <p><em><strong>Method</strong>: An experimental laboratory research, with a pretest-posttest control group research design and random sampling method. The samples used were 24, consisting of 12 GIC samples and 12 Giomer samples with criteria of a diameter of 5 mm and a thickness of 3 mm with a non-porous and rough surface. GIC and Giomer samples were soaked in packaged orange juice for 7 days. </em></p> <p><em><strong>Results</strong>: The color change caused by packaged orange juice in the GIC group showed a mean difference of 4.2. In the Giomer group, the color change showed a mean difference of 2 on the color scale. Based on this data, it is evident that the color change caused by packaged orange juice in the GIC sample group is greater compared to the Giomer sample group. </em></p> <p><em><strong>Conclusion</strong>: Based on the analysis conducted, it can be concluded that there was an influence of soaking in packaged fruit juice with an acidic pH on the discoloration of GIC and Giomer in which, the discoloration observed in the GIC restorative material is greater compared to Giomer.</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Latar Belakang: </strong>Bahan tumpatan <em>Glass Ionomer Cements </em>(GIC) memiliki sifat yang sensitif terhadap kontaminasi air, rapuh dan mudah fraktur. Untuk menyempurnakan kekurangan dari GIC tersebut maka digunakan suatu bahan lain yaitu <em>Giomer </em>yang merupakan gabungan dari resin komposit dan GIC dan memiliki sifat perlindungan terhadap lesi karies, ketahanan mekanik yang baik, estetika, serta pelepasan <em>fluoride </em>yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh dari jus buah kemasan dengan pH asam terhadap perubahan warna pada <em>Glass Ionomer Cements </em>dan <em>Giomer</em>.</p> <p><strong>Metode</strong>: Jenis penelitian ini adalah penelitian <em>experimental laboratories</em>, dengan rancangan penelitian <em>Pretest-posttest control group deisgn </em>dan metode <em>random sampling</em>. Sampel yang digunakan berjumlah 24 buah yang terdiri dari 12 sampel GIC dan 12 sampel <em>Giomer </em>dengan kriteria diameter 5 mm dan tebal 3 mm dengan permukaan yang tidak porus dan kasar. Sampel GIC dan <em>Giomer </em>direndam ke dalam jus jeruk kemasan selama 7 hari.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Perubahan warna akibat jus buah jeruk kemasan yang terjadi pada kelompok GIC memiliki selisih rerata skala warna <em>pre test </em>dan <em>post test </em>yaitu 4,2. Perubahan warna pada kelompok <em>Giomer </em>memiliki selisih rerata skala warna yaitu 2. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa perubahan warna akibat jus buah jeruk kemasan yang terjadi pada kelompok sampel GIC lebih besar dibandingkan dengan kelompok sampel <em>Giomer</em>.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari perendaman jus buah kemasan dengan pH asam terhadap perubahan warna pada GIC dan <em>Giomer</em>. Perubahan warna yang terjadi pada bahan restorasi GIC lebih besar dibandingkan <em>Giomer </em>setelah dilakukan perendaman dengan jus buah kemasan dengan pH asam.</p> Ni Made Mahadewi Kusuma, Desak Nyoman Ari Susanti, Putu Mariati Kaman Dewi, Putu Lestari Sudirman Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/546 Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0700 Efektivitas Gel Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L) 20% Terhadap Jumlah Sel Makrofag dalam Penyembuhan Lesi Ulkus Traumatikus Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Diabetes Melitus Tipe II https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/687 <p><strong><em>Background</em></strong><em>: Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) is the biggest contributing factor to diabetes cases, around 90% of diabetes cases are type 2 diabetes mellitus (T2DM). The prevalence of DM in the world reaches 463 million people. If diabetes mellitus is not controlled, it will cause complications such as poor wound healing. Traumatic ulcers are an oral cavity disease that can occur in people with diabetes mellitus. </em></p> <p><em><strong>Method</strong>: This research is a true experiment with a research design that uses a posttest only control group design in in vivo studies. The sample for this study consisted of 45 mice which would be adapted for 7 days. This data was obtained and analyzed multivariately using one way ANOVA with the help of SPSS. </em></p> <p><em><strong>Results</strong>: The results of the research were 27 mice after adaptation for 7 days. These samples were divided into three groups. The results showed that the mean number of macrophage cells in the negative control group on days 3, 5 and 7 was </em><em>55.33 ± 13.20; 98.67±6.11; and 76.67±11.01 cells. The average number of macrophage cells in the positive control group on days 3, 5 and 7 was 80.00 ± 18.33; 47.33±3.05; and 32.00±12.00 cells. In the treatment group, the mean </em><em>number of macrophage cells on days 3, 5 and 7 was 32.00 ± 10.58; 35.33±3.05; and 17.33 ± 2.30 cells </em></p> <p><em><strong>Conclusion</strong>: Basil leaf extract gel (Ocimum basilicum L.) 20% has an effect on reducing the number of macrophage cells in the inflammatory phase after the creation of traumatic ulcers in Wistar rats (Rattus norvegicus) with type II diabetes mellitus.</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Latar Belakang: </strong>Diabetes Melitus tipe 2 (T2DM) merupakan faktor terbesar penyumbang kasus diabetes, sekitar 90% dari kasus diabetes adalah diabetes melitus tipe 2 (T2DM). Prevalensi DM di dunia mencapai 463 juta jiwa. Penyakit Diabetes melitus jika tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang buruk. Ulkus traumatikus adalah salah satu penyakit rongga mulut yang dapat terjadi pada penderita Diabetes melitus.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini adalah true experiments dengan desain penelitian yang menggunakan <em>posttest only control group design </em>pada <em>studi in vivo</em>. Sampel penelitian ini berjumlah 45 ekor tikus yang akan diadaptasi selama 7 hari. Data ini diperoleh dan dianalisis secara multivariat dengan menggunakan one way ANOVA dengan bantuan SPSS.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Hasil penelitian didapatkan sejumlah 27 ekor tikus setelah dilakukannnya adaptasi selama 7 hari. Sampel ini terbagi dalam tiga kelompok yang didapatkan hasil rerata jumlah sel makrofag pada kelompok kontrol negatif hari ke-3, 5, dan 7 adalah 55,33±13,20; 98,67±6,11; dan 76,67±11,01 sel. Hasil rerata jumlah sel makrofag pada kelompok kontrol positif hari ke-3, 5, dan 7 adalah 80,00±18,33; 47,33±3,05; dan 32,00±12,00 sel. Pada kelompok perlakuan, hasil rerata jumlah sel makrofag pada hari ke-3, 5, dan 7 adalah 32,00±10,58; 35,33±3,05; dan 17,33±2,30 sel</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: Gel ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum L.) 20% memiliki pengaruh dalam penurunan jumlah sel makrofag pada fase inflmasi pasca pembuatan ulkus traumatikus pada tikus wistar <em>(Rattus norvegicus) </em>dengan diabtes melitus tipe II</p> Ida Bagus Made Dwi Darmawan Manuaba, I Gusti Agung Dyah Ambarawati, Ida Bagus Pramana Putra Manuaba; Desak Ayu Dhyana Nitha Dewi Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/687 Mon, 02 Jun 2025 00:00:00 +0700 Gambaran Pengetahuan Orang Tua Mengenai Oral Habit di SD No.6 Jimbaran https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/686 <p><strong><em>Background:</em></strong><em> Parents have a very important role in maintaining the health of children's oral cavities, parents’s participation is needed to guide, remind, and provide understanding and explanation regarding oral habit to children. Oral habit is an abnormal habit that can interfere with dentocraniofacial growth, so that it will disrupt the structure and function of the oral cavity. Oral habits contribute directly or indirectly to various types of malocclusions, several factors that can make it worse are frequency, duration, and intensity of the oral habit. Based on this, researcher is interested in knowing the description of parents' knowledge regarding oral habits at SD No. 6 Jimbaran.</em></p> <p><strong><em>Method:</em></strong><em> This research is a descriptive study with a cross-sectional approach. The sample of this study is 217 parents of students at SD No. 6 Jimbaran. Data was collected by a Google Form questionnaire which contained questions about the type of oral habit, frequency, duration, and intensity which were presented in the form of a frequency distribution and cross tabulation.</em></p> <p><strong><em>Results: </em></strong><em>Based on the results of the analysis, parents' knowledge of oral habits is in the good category of 53.9%, 36.9% is sufficient and 6.5% is poor, describing the level of parents' knowledge of oral habits as being in the good category.</em></p> <p><strong><em>Conclusion:</em></strong><em> In this study, it was found that education level, employment, and sources of information influenced parents' knowledge. That the results of the level of parental knowledge regarding oral habits are included in the good category</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>Latar Belakang</strong>: Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut anak, peran serta orang tua sangat dibutuhkan untuk membimbing, mengingatkan, dan memberi pengertian dan penjelasan mengenai <em>oral habit</em> kepada anak. <em>Oral habit</em> adalah kebiasaan menyimpang atau tidak normal yang dapat mengganggu pertumbuhan dentocraniofasial, sehingga kebiasaan ini akan mengganggu struktur dan fungsi rongga mulut. <em>Oral habit</em> berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai jenis maloklusi, faktor yang membuat <em>oral habit</em> semakin parah yaitu frekuensi, durasi, dan intensitas. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik ingin mengetahui gambaran pengetahuan orang tua mengenai <em>oral habit</em> di SD No.6 Jimbaran.</p> <p><strong>Metode</strong>: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan <em>cross sectional</em>. Sampel pada penelitian ini berjumlah 217 orang tua siswa SD No.6 Jimbaran. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner yang disebarkan melalui wali kelas kemudian dibagikan kepada orang tua dalam bentuk <em>google form</em> yang berisi pertanyaan tentang jenis <em>oral habit</em>, frekuensi, durasi dan intensitas yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Berdasarkan hasil analisis, pengetahuan orang tua terhadap <em>oral habit</em>, dengan kategori baik sebanyak 53,9%, cukup sebanyak 36,9% dan kurang sebanyak 6,5% gambaran tingkat pengetahuan orang tua terhadap <em>oral habit</em> termasuk dalam kategori baik.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>pada penelitian ini didapatkan tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan orang tua. Bahwa hasil dari tingkat pengetahuan orang tua terhadap <em>oral habit</em> termasuk dalam kategori baik.</p> Luh Anggreni Patma Dewi, Louise Cinthia Hutomo, Luh Wayan Ayu Rahaswanti , I G A Dyah Ambarawati Copyright (c) 2025 Bali Dental Journal https://balidentaljournal.org/index.php/bdj/article/view/686 Thu, 05 Jun 2025 00:00:00 +0700